Pak Mamo

Puk, sebuah tepukan melayang di pundak saya ketika melangkah masuk ke Masjid LIPI untuk menunaikan Sholat Jumat. Saya menoleh, tukang hipnotis kah? Atau bapak-bapak yang biasanya tersesat dan minta bantuan ke Rancaekek atau Cicalengka, dan minggu depannya tersesat lagi?

Saya menoleh dan menatap wajahnya, saya hampir tidak mengenal wajah itu. Pangling? Tidak juga, saya memang tak terlalu mengenal wajahnya. Si Bapak penjual Bakso Tahu Siomay pikulan.

Si Bapak memperkenalkan diri ke saya, “Bapak teh Pak Mamo”. Ah, nama itu tidak asing bagi saya. Beliau penjual mie instan di Himpunan dulu, HME. Dahulu teman-teman sering memesan dari beliau entah acara apa, mulai dari mengerjakan tugas hingga pemilihan ketua himpunan. Selalu siaga, hampir 24 jam.

Pak Mamo
Pak Mamo

Ya, teman-teman, bukan saya. Saya bukanlah orang yang rajin ada di himpunan. Bukan tidak rajin lagi, hampir tidak pernah malah. Saya terharu Pak Mamo justru mengingat wajah saya, meskipun beliau tak tahu nama saya – karena saya memang tak pernah berbincang. Saya pun mengenalkan diri, “Iwan, angkatan 2007, jaman kahimnya Pambudi dulu”.

Karena adzan sudah memanggil saya bergegas ke dalam, Pak Mamo dengan penuh harap meminta saya untuk mampir setelah selesai Sholat Jumat. Baiklah, tak apa, dengan senang hari Pak.

Selesai menunaikan kewajiban, saya pun mampir ke lapak Pak Mamo sejenak memesan baso tahu dan siomay-nya, sambil berbincang-bincang.

Pak Mamo bercerita beliau tak lagi di HME sejak 2012, sejak ada larangan bagi himpunan untuk berjualan makanan. Beliau baru beberapa hari berdagang Baso Tahu setelah setahun menganggur. Pak Mamo bilang, dagangannya punya orang di Cihampelas, setoran setiap hari, dan juga tinggal di sana.

Itu dari sisi Pak Mamo, beberapa waktu lalu sebenarnya saya juga mendengar kabar tidak enak mengenai kenapa Pak Mamo tak lagi ada di HME. Tapi saya tak tahu, dan tak ingin tahu. Yang jelas beliau harus berusaha menyambung hidupnya sekarang.

Sukses Pak Mamo, meskipun saya hanya bisa memberikan “Ambil saja kembaliannya”.

Dan sialnya, saya lupa meminta nomor telepon beliau.